Cara Menelaah Struktur Cerita Fantasi Edisi Revisi Terbaru
Monday, 28 August 2017
Edit
Cerita fantasi terdiri atas tiga bagian utama sebagai berikut.
1. Orientasi (orientation)
Pada bagian ini pengarang melukiskan dunia untuk ceritanya. Bagian ini mengenalkan tempat dan waktu peristiwa terjadi serta para tokoh.
2. Komplikasi (complication)
Pada bagian ini tokoh utama menghadapi rintangan ketika mencapai cita-citanya. Dalam bagian ini konflik mulai terjadi.
3. Resolusi (resolution)
Bagian permasalahan yang dihadapi tokoh utama diselesaikan. Bagian ini mempunyai dua kecenderungan, yaitu mengakhiri cerita dengan kebahagiaan (happy ending) atau mengakhiri cerita dengan kesedihan (sad ending). Akan tetapi, ada juga cerita imajinasi yang membiarkan pembaca/pendengar menebak akhir cerita.
Perhatikan contoh berikut!
Bagian orientasi
Anak-anak kecil menoleh ketika Amma Lolo turun dari becak. Ban belakang yang terlonjak. Mereka menyimak ketika ia menapak. Tanpa susah payah. Daeng di belakang menjaga agar roda tidak terjengkang. Langit belum jua merah. Gigi susu mereka yang ompong berselang-seling pun berkembang. Cerah dan ceria.
Mereka mengikuti ketika tangan Amma Lolo membayar pada Daeng becak. Uang kertas terlipat-lipat. Dua ribu rupiah. Daeng menerima dengan sumringan lalu mendorong becak ke jalan utama. Anak-anak itu terus mengamati dengan kerjap-kerjap. Amma Lolo melintas di depan mereka. Orang-orang bilang: ia seorang sanro, dukun pijat perut yang terampil untuk ibu-ibu hamil. Meski kemudian, ibu-ibu hamil itu tetap bersalin di rumah sakit. Akan tetapi, Amma Lolo juga dikenal bisa banyak membantu. Agar bayi tidak sungsang. Tidak salah letak. Ibu dan bayi pun tetap sehat.
Lihatlah perempuan tua itu betapa ganjil. Kain dan kerudung serba hitam. Tas tangan dengan kulit imitasi yang terkelupas tempat menyimpan minyak dan ramu-ramuan, seperti mantra yang tersimpan dalam cuaca. Sandal yang terangkat dengan tempo cepat-cepat. Orang-orang bilang: ia sungguh sudah tua. Seperti nenek-nenek mereka yang semakin tinggal lama di rumah. Namun, tak ada raut keriput dan kisut. Pun uban pun masih jarang-jarang. Usai seperti sudah berhenti sejak ia berusia empat puluh tahun, sebelas tahun lalu ....
Maka ia dinamai Amma Lolo nenek yang masih muda.
Bagian komplikasi
Cukup jelas ia pernah cantik juga. Orang-orang bilang, ia merawat diri dengan mantra-mantra. Sebab, ia sanro dengan ilmu yang luar biasa. Manjur dan mujarab.
Amma Lolo mengetuk pintu rumah nomor empat belas. Satu dari anak-anak yang mengikutinya tinggal disitu. Amma Lolo hendak menemui seorang ibu. Istri tentara yang hamil lima bulan. Pintu dibuka tidak lama berselang. Seorang perempuan keluar. Amma Lolo disambut ramah.
Anak-anak itu tahu bahwa Amma Lolo sudah ditunggu sedari tadi. Tangan yang muda menggamit lengan yang tua. Diantar ke dalam. Pintu dibiarkan terbuka.
Anak-anak itu tidak mau mengganggu. Mak mereka hendak kembali bermain. Saling dorong di tanah yang menghambur-hamburkan debu ke udara. Tergelak-gelak dan bersorak-sorak. Jelang senja menyulut merah.
Amma Lolo duduk di sofa ruang tamu. Anak-anak diluar begitu ramai. Namun, ia berbicara lamat-lamat: maaf karena terlambat. Ada sedikit urusan yang menghambat.
Istri tentara itu tersenyum saja. Tidak apa-apa, ia berkata. Segelas air disuguhkan segera.
"Mma ...." tangan perempuan itu mempersilakan.
Amma Lolo meneguk sedikit. Seperempat dari gelas. Lalu diletakkan di meja dengan bunyi tetak di kaca. Perempuan itu mengelus perutnya yang licin. Bayi yang kedua, ia berharap perempuan, cantik seperti ibunya.
....
Amma Lolo memutar tutup pada ulir botol bekas sirop obat batuk.
Sedikit minyak dituang ke telapak. Amma Lolo merapal sesuatu dengan mata sebentar memejam. Sederet doa-doa. Perempuan itu mengamati dengan mata mengerjap-ngerjap. Amma Lolo mulai menyentuhkan minyak pada perut dengan lembut.
Anak-anak di luar bernyanyi
Lojo-Lojo ... Amma Lolo menjaga sunyi. Mereka sedang bermain ternyata. Sebentar lagi mereka akan mulai riuh dan ramai berkejar-kejar. Sari bunga tonjong jappu ...! Amma Lolo sekilas tersenyum belaka.
Anak-anak berlari dan berpencar. Satu dari mereka, dengan baju jingga pudar, terpilih untuk mengejar. Harus menangkap satu per satu. Amma Lolo teringat permainan itu. Dulu. Dulu sekali. Jari-jari yang lembut. Minyak yang menari-nari pada perut. Derap kaki yang menghamburkan debu-debu. Perempuan itu memejamkan mata. Amma Lolo sedikit menekan telapak. Di luar, seorang anak terperangkap dan tertangkap.
Bagian resolusi
Dulu. Dulu sekali. Amma Lolo juga senang inut bermain begitu. Ketika kecil. Di sebuah desa yang agak jauh. Sebelum pindah ke kota: ikut nasib suami sebagai tukang kayu.
....