Metodologi Pengajaran Tata Bahasa Arab
Thursday, 13 October 2016
Edit
Di susun Oleh :
Riska nur
hasanah [32.09.029]
Teti
irawati [32.09.030]
Lailatun
Nazifah [32.10.001]
1.
MAKNA DAN URGENSI PENGAJARAN TATA BAHASA
Tata bahasa merupakan
urutan ketiga dari komponen-komponen bahasa yang sudah seyogyanya untuk
dikuasai dalam pembelajaran maupun pengajaran bahasa arab itu sendiri. Di
kalangan pembelajar bahasa arab Tata bahasa lebih dikenal dengan istilah struktur tata bahasa, struktur
gramatikal,atau kaidah bahasa.
Pada umumnya kata-kata
dalam bahasa arab berasal dari satu akatr kata yang terdiri dari tiga huruf. Dan
pembentukan kata-kata dapat dilakukan dengan cara menambahan prefik [ sawabiq
], infiks [ dawakhil ], dan sufik [ lawagiq ] yang disesuaikan dengan pola-pola
tertentu.
a.
DEFINISI TATA BAHASA
Tata bahasa merupakan
seperangkat aturan yang digunakan oleh manusia dalam berbicara atau menulis dan
bahasa merupakan suatu deskripsi tertulis dari aturan-aturan suatu bahasa.
Tata bahasa adalah suatu system aturan
yang mempengaruhi susunan dan hubungan konvensional kata-kata dalam suatu
kalimat.
Dari pengertian tata bahasa tersebut
dapat disimpulkan bahwa tata bahasa terdiri dari dua bagian:
1.
Kata-kata, dan ilmu yang mengatur tata kata disebut dengan istilah ilmu
sharf (morphology) [ilmu yang membahas dasar-dasar pembentukan kata, termasuk
di dalamnya imbuhan].
2.
Tata kalimat (ilmu nahwu/syntax)
yaitu ilmu yang membahas tentang keadaan kata dalam pembentukannya
menjadi kalimat dan kedudukannya dalam kalimat seperti fa’il, ma’ul, mubtada,
dan seterusnya.
b.MAKNA KALIMAT
Berdasarkan pendapat thu’aimah, makna suatu kalimat
tergantung pada susunan struktur dan kosakatanya. Maka sebuah kalimat mempunyai
dua makna, yaitu makna structural dan makna leksikal
I.
Makna structural
Makna structural terdiri
dari empat unsur:
1.urutan
kata-kata
Dalam suatu kalimat mengisyaratkan
kepada makna tertentu, misalnya jika kata fi’il beriringan dengan kata ism maka
mengisyaratkan bahwa ism tersebut merupakan subjek dari fi’il
tersebut. Dan jika baris I’rab tidak tampak, maka
sebenarnya kedudukan kaa-kata dalam satu kalimat mempunyai makna. Contoh: كلم مسطفى عيسى
2. kata-kata fungsional
Pada poin ini kata-kata terbagi menjadi
dua:
i.
Muhtawa, seperti ism, fi’il, zharaf,
dan dhamir.
ii.
Wazhifiyyah (kata-kata yang tidak hanya
mempunyai makna, tapi juga mempunyai fungsi lain) seperti harf jar, harf
syarth, dan kata-kata yang sejenisnya. Contoh: harf jar mempunyai makna dan dia
juga mempunyai fungsi lain sebagai penunjuk bahwa katakata yang terletak
setelahnya pasti berupa ism.
3. Intonasi
Intonasi juga mempengaruhi makna dari sebuah susunan
kata.
4. Bentuk
kata
Bentuk suatu kata dapat membantu pembentukan makna.
Contoh: kata yang diakhiri dengan huruf ا dan ت menunjukkan jam’u almuannats assalim.
c.
ALIRAN-ALIRAN SINTAKSIS
Teori-teori di bawah ini mempunyai hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap pengajaran
pola-pola kalimat bahasa arab.
1. Teori
Taqlidi (klasik)
Teori ini berpendapat bahwa kata-kata
terbagi tiga jenis: ism, fi’il, dan harf. Dan kata-kata tersebut mempunyai
bentuk dan fungsinya masing-masing. Adapun implikasinya dalam pengajaran tata
bahasa, teori ini menjelaskan susunan dan hukum-hukum. Misalnya, jenis-jenis
fi’il, ism, dan harf, serta fungsi-fungsinya dalam nahwu dapat memberikan
manfaat kepada guru. Yaitu guru lbi mudah untuk memilih materi mana yang lebih
didahulukan dan mana yang bisa ditangguhkan.
2.Teori Mukawwinat Mubasyarah
Teori ini berpendapat bahwa kalimat
tersusun dari dua bagian. contoh: هذا السمك لذيذ
طعمه . Kalimat tersebut bisa kita bagi menjadi dua bagian,
yaitu هذا السمك +لذيذ طعمه. Dan seterusnya.
Adapun implikasinya dalam pengajaran tata bahasa bisa diambil manfaatnya
melalui analisis kalimat dan substitusi bagian-bagiannya.
3.Teori Qawalib (Pola-pola Tagmemik)
Menurut teori ini, penyusunan suatu
kata bisa dilakukan melalui dua cara, yaitu morfologis dan sintaksis. Contoh: .....ها هو ال... suatu kata
disebut ism jika dia terletak pada kolom diatas. Adapun implikasinya dalam
pengajaran tata bahasa, teori ini menawarkan sajian yang istimewa berupa
latihan pola-pola. Kita bisa mengulang-ulang suatu pola dengan mengganti ism
setiap kali diulang. Contoh: هذه مرأة ماهرة. Kalimat ini bisa
kita ulang dengan mengganti kata مرأة dengan kata lain yang sejenisnya.
4.Teori Tahwiliyyah (Transformatif)
Teori ini mengemukakan bahwa setiap
kalimat mempunyai susunan yang bersifat eksplisit dan susunan yang bersifat
implisit. Seperti perubahan kalimat positif menjadi kalimat negatif atau
interogatif.
d. PERBEDAAN KALIMAT DAN POLA KALIMAT
Perbedaan antara dua istilah tersebut adalah:
1. Kalimat merupakan kalimat hakiki, sedangkan pola merupakan bentuk yang
terkandung di balik kalimat.
2. Dalam setiap bahasa, kalimat bersifat tak terbatas, sedangkan pola bersifat
terbatas dan telah diketahui secara umum.
3. Setiap kalimat mempunyai satu pola yang
cocok, sedangkan dalam sebuah pola bisa terdapat kalimat yang tak terbatas.
II.
PROSEDUR DAN TEKNIK PENGAJARAN TATA BAHASA
Dalam pengajaran tata
bahasa, ada tiga kecendrungan umum yang sering digunakan oleh pengajar.
Kecenderungan pertama adalah mengajarkan tata bahasa dengan cara
memberikan penjelasan tentang aturan tata bahasa tanpa mengikutsertakan metode
komunikatif. Kecenderungan kedua adalah mengajarkan tata bahasa dengan
cara memberikan kesempatan ada siswa untuk mempraktikkan pola-pola bahasa
sasaran, sehingga siswa hanya memahami aturan kebahasaan melalui proses analogi
bukan berdasarkan penjelasan. Kecenderungan ketiga adalah mengajarkan
tata bahasa dengan memberi kesempatan pada siswa untuk menggunakan bahasa yang
dia pelajari dengan berbagai situasi. Dan pengajaran yang baik adalah
pengajaran yang memilah dan mempertimbangkan tiga kecenderungan tersebut.
1.
POKOK PEMBAHASAN TATA KATA BAHASA ARAB
Bedasarkan bentuk dan
maknanya, kalimat terbagi menjadi tujuh bagian: ism, fi’il, ism fa’il, ism
maf’ul, mashdar, bentuk idhafah, sifat musyabbahah dan bentuk superlative (ism
tafdhil).
2.
POKOK PEMBAHASAN TATA KALIMAT BAHASA ARAB
Permasalahan pokok dalam
pengajaran nahwu adalah keterampilan meletakkan bentuk kata dalam kalimat.
Contoh: dalam jumlah ismiyyah, jabatan kata dalam kalimat tersebut meliputi
mubtada’ dan khabar atau subjek predikat. Pemetaan persoalan tata kalimat data
juga didasarkan pada perubahan harakat, khususnya harakat ism seperti almarfu’at,
almanshubat, dan almajrurat.
3.
POKOK PEMBAHASAN TARKIB
Tarkib sederhana meliputi :
1.
Tarkib idhofy [ dalam bahasa Indonesia setara dalam bentuk
sususnan kata majemuk ]. Pengenalan dilakukan pada ciri-ciri tarkib idhafi
sebelum siswa mengetahui definisi dari idhofi tersebut.
2.
Tarkib washfy [shifah mausufh /
na’at wa man’ut ]
Pengenalan tarkib ini dapat dilakukan dengan
cara membandingkn dengan tarkib idhafy. Yaitu dengan memberikan contoh-contoh
dan penjelasan mengenai cirri-ciri dari keduanya.
3.
Tarkib isnady, merupakan kalimat sempurna yang meliputi jumlah ismiyah dan
jumlah fi’liyah.
4.
PENGAJARAN MAKNA KALIMAT
Hal yang bisa dilakukan oleh seorang
guru dalam membantu para siswa untuk memahami makna structural suatu kalimat
adalah :
1.
Penjelasan mengenai pengaruh letak suatu kata dalam sebuah kalimat
terhadap makna yang dikandungnya dan hubungan antarkata dalam suatu kalimat
seperti fi’il dan fa’il, mubtda dan
khabar.
2.
Penjelasan tentang peran yang dimainkan oleh kata-kata fungsional dalam suatu
makna misalnya harf jar menunjukkan bahwa kata-kata sesudahnya adalah ism.
3.
Penjelasan tentang pengaruh intonasi kalimat terhadap makna yang
dikandungnya.
4.
Memperhatikan makna structural yang berkaitan dengan bentuk kata,
misalnya kata yang beakhiran ون menunjukan jam’u mudzakkar salim.
5.
TEKNIK PENGAJARAN TATA BAHASA
Ada tiga
kegiatan pokok dalam pengajaran tata bahasa yaitu :
- Penyajian atau penyimpulan kaidah bahasa { kaidah shorfiyah dan nahwiyah }
- Pemberian contoh-contoh yang mengandung kaidah bahasa yang diajarkan
- Penginternalisasian kaidah dalam diri siswa melalui pemberian serangkaian latihan, dan latihan seperti latihan / drill mekanis, latihan bermakna dan latihan komunikatif.
III.
PENERAPAN LESSON STUDY DALAM PENGAJARAN NAHWU
Lesson Study merupakan suatu model pembinaan
profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning
untuk membangun learning community. Lesson Study bukan suatu metode pembelajaran
atau suatu strategi pembelajaran, tetapi dalam kegiatan Lesson Study dapat
memilih dan menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan
situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi pendidik. Lesson study dapat
merupakan suatu kegiatan pembelajaran dari sejumlah guru dan pakar pembelajaran
yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning),
implementasi (action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection)
terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam pengimplementasiannya dalam pengajaran Nahwu
di Perguruan Tinggi Umum menggunakan metode yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif.
Melalui aktivitas-aktivitas yang berkembang dalam Lesson
Study yang
meliputi plan, do, and see, setiap anggota
komunitas dapat saling memberi dan menerima
sehingga masing-masing pihak memperoleh keuntungan yang
menunjang peningkatan
pengetahuan yang antara lain meliputi materi ajar, alat
bantu belajar dalam bentuk hands on, serta strategi pembelajaran.
PENUTUP
Demikianlah
makalah METODE
KHUSUS PENGAJARAN BAHASA ARAB ini kami buat, semoga bermanfaat dan berguna
bagi kita semua dalam mempelajari serta untuk menambah pengetahuan. Apabila ada
kekurangan maupun kesalahan dalam penyampaian makalah ini, kami selaku penulis
mohon kritik dan saran yang membangun agar tidak terulang lagi kesalahan di
kemudian hari dan juga kami selaku penulis minta dibukakan pintu maaf yang
sebesar-besarnya atas kekurangan dan kesalahan dalam penyampaiannya, karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan kesalahan hanyalah milik manusia itu
sendiri.